Entri Populer

Rabu, 18 April 2018

Sampaikan Mimpimu pada Dunia

Setiap orang di dunia ini pasti memiliki mimpi. Bahkan orang sukses yang kita lihat saat ini adalah orang yang memulai hidupnya dari sebuah mimpi. Meski, tidak selamanya impian mereka diapresiasi. Bahkan diremehkan berulang kali. 

Namun, percaya atau tidak, impian yang kita miliki bisa terwujud menjadi kenyataan jika kita percaya bahwa impian itu nyata. Asalkan disertai dengan usaha dan doa. Jangan merasa kerdil impianmu dicaci. Jangan biarkan perkataan orang lain di dunia ini menghentikan langkahmu. Tunjukkan bahwa itu benar-benar terealisasi.

Bung Karno pernah mengatakan, "Bermimpilah setinggi langit. Jika pun terjatuh, maka kamu akan terjatuh di antara bintang-bintang." 

Wujudkan impianmu hingga kamu tidak mampu lagi mewujudkannya. Banyak orang takut bermimpi, karena takut gagal dalam meraih. Padahal, itulah proses yang harus dilalui. Tidak ada yang mudah didapatkan di dunia ini. Kita makan pun, ada prosesnya. Harus kerja dulu cari uang, beli beras, beli lauk, masak, baru bisa makan. Makan mie instan saja, tetap butuh proses agar bisa dinikmati. Begitu juga dengan impian yang kita miliki.

Siapa yang tidak kenal penulis buku best seller Ahmad Rifa'i Rif'an? Dalam bukunya 'Man Shabara Zhafira', dituliskan bahwa  tantangan akan selalu ada dalam meraih impian. Maka, jadikanlah tantangan tersebut membran tipis yang dapat dengan mudah dilalui, bukan menjadikannya sebagai dinding pembatas antara sang pemimpi dan tujuannya.

Penuhilah hidup ini dengan impian-impian yang besar. Jangan takut akan apa yang dibicarakan orang. Justru semakin diremehkan dan dikerdilkan, semakin kuat mental dan maju ke depan. Ada Tuhan Maha Hebat yang telah menciptakan alam dan seluruh isinya. Tuhan saja mampu menciptakan itu semua, apalagi cuma sekedar mengabulkan doa umat-Nya. 

Jadi, mintalah pada Tuhan dengan keyakinan yang begitu besar bahwa doamu dikabulkan. Sungguh mudah bagi Tuhan memberikan apa yang umat-Nya minta dan dengan mudah pula Tuhan menariknya kembali. Tidak ada yang mustahil, saat Tuhan berkehendak. 'Kun fa Yakun', 'jadi' maka 'jadilah'.

Sampaikan mimpi itu pada dunia. Lalu, tunjukkanlah bagaimana cara kamu meraihnya. Jangan biarkan impianmu berlalu dan hanya sekedar menjadi bunga tidur saja. Mentor menulis 30 Days Writing Challenge, Rezky Firmansyah pernah menuliskan bahwa impian yang kita miliki harus dideklarasikan. Agar kita tergerak untuk mencapai mimpi tersebut. Baik kita termasuk orang introvert atau ekstrovert, tetap percaya diri akan mimpi yang kita miliki.

Deklarasi bisa dilakukan pada secarik kertas, lalu tuliskan apa isi impianmu. Misalnya, "Tahun ini aku harus bisa menerbitkan minimal dua buku antologi." Nah, deklarasi tersebut difoto dan posting ke media sosial. Agar orang-orang di dunia ini tahu apa mimpimu. 

Barangkali, Tuhan memberikan jalan bagimu untuk mewujudkan impian tersebut melalui tangan-tangan orang yang baik. Bisa jadi, karena orang lain tahu mimpimu, kamu diajak atau ditawari untuk membuat proyek menerbitkan buku antologi atau pribadi. Kita tidak akan pernah tahu. 

Yuk, kawan. Isi hidupmu dengan impian-impian yang besar. Kekuatan mimpi begitu luar biasa bagi mereka yang benar-benar percaya.


#30DWCJilid12 #Day28

Selasa, 17 April 2018

Kenangan yang Masih Tersisa

Saujana, deretan pohon hijau nan rindang berbaris rapi menyejukkan mata. Sesekali, dari balik barisannya terlihat suguhan laut yang sangat indah dengan gradasi biru toska, begitu serasi dengan pantulan mentari. Tidak bosan kuarahkan pandanganku ke luar jendela mobil, yang kacanya sudah dibuka ini. Memandangi betapa Maha Hebat Tuhanku menciptakan alam dan seluruh isinya.

Memori tentang masa kecilku melintas dalam perjalananku menuju ke Desa Indah Sari. Tahun 1993 Ayah memboyongku dan Ibu ke desa tersebut, karena Ayah mengabdi tugas sebagai seorang pendidik selama 5 tahun.

Di sanalah, aku bertemu dengan orang-orang baru yang sangat ramah dan masih mengandalkan gotong royong. Di sana juga aku mengenal sahabat kecilku bernama, Kira. Gadis berkulit coklat, berlesung pipi, dan rambutnya sering dikuncir kuda. Kemana pun selalu membawa pancing. Kira senang mengajakku bermain ke empang dan sawah. Sebelum pindah, Kira sempat mengatakan sesuatu padaku.

"Jangan lupain persahabatan kita ya, Tiara."

"Iya Kira, nggak akan pernah lupain." Jawabku sambil melingkarkan jari kelingking kami.

Perjalanan kami semakin dekat. Roy mengagumi saujana di kiri kanan jalan, dipenuhi oleh hamparan sawah hijau nan indah. Segerombolan bangau terbang menikmati kebebasannya mengitari langit biru sore ini di antara petani yang masih sibuk di sawahnya.

"Wah, indah. Masih murni." Matanya hampir tak berkedip.

"Hihi... Nggak nyesal kan?"

"Iya dong, aku bisa sekaligus liburan."

Aku tersenyum mendengarnya. Tidak terasa kami sudah memasuki desa Indah Sari. Wow, terlihat asing bagiku setelah 20 tahun berlalu. Tentu akan ada beberapa memori masa kecilku yang terkikis. Kami pun mampir di rumah salah satu warga.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

"Mau numpang tanya Pak, Ibu. Kalau mau ke sini lewat mana ya?" Tanyaku sambil menyodorkan alamat.

"Silakan duduk, minum dulu dek. Kalau mau ke sini lewat perempatan sana." Bapak itu menunjukkan jalannya.

"Iya dek, lewat sana. Kami baru dua tahun di sini. Tapi, tempat itu masih ada." Timpal si Ibu sambil menyajikan teh hangat untuk kami.

"Oh gitu ya, Bu."

Banyak yang berubah di sini. Rumah dinas yang dulu kutinggali pun kini sudah berubah, dihuni oleh penghuni baru. Pohon jambu yang berada di depannya kini tak nampak lagi. Aku mengamati rumah dinas itu dari kejauhan. Kudengar suara Bapak renta menyapa.

"Neng Tiara?" Tanyanya dengan penuh selidik.

"Iya, Saya Tiara." Jawabku heran.

"Bapak kenal Tiara?" Roy penasaran.

"Iya. Neng Tiara dulu tinggalnya di sini. Nggak nyangka ketemu lagi."

"Ini Pak Kardi. Ingat nggak? Dulu Bapak sama Ibu sering nitipin kamu sama keluarga Bapak."

"Oh Pak Kardi?" Aku mengingat sosoknya setelah mencoba mengorek memori otakku.

"Iya neng." Pak Kardi langsung merangkulku dengan wajah sumringah melepas rindu.

Kini, kami sudah berada di rumah Pak Kardi. Mendengarkannya bercerita mengenai masa kecilku. Pak Kardi juga banyak bercerita mengenai tetanggaku yang sudah menjemput ajal menuju Sang Pencipta. Diceritakannya juga teman masa kecilku yang sudah mengadu nasib ke negeri seberang, dan ada yang sudah sukses duduk di pemerintahan. Tak lupa kutanyakan kabar Kira. Menurut Pak Kardi, Kira dan keluarganya sudah pindah ke Kalimantan, mengadu nasib di sana.

Meski aku tidak bertemu dengannya, setidaknya aku kembali ke desa ini dengan kenangan-kenangan yang masih tersisa. Masa kecil, sahabat, tetangga yang ramah dan baik hati, kesederhanaan, pemandangan yang indah, dan masih banyak lagi. Aku akan membangun sekolah di desa ini sesuai dengan permintaan Almarhum Bapak sebelum meninggal.


#30DWCJilid12 #Day26

Minggu, 15 April 2018

Tuhanku Maha Kaya dan Maha Hebat

Sumber gambar : kharisardi.blogspot.com


Lihatlah hamparan tanah yang luas itu. Ditumbuhi berbagai macam tanaman dan tumbuhan. Hijau warnanya menyejukkan mata. Lihatlah langit itu, birunya yang luas memberi perlindungan untuk berteduh. Lihatlah matahari itu, sinarnya adalah sumber kehidupan manusia. Begitupula dengan air dan udara yang ada.

Lalu, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan? Tuhan begitu hebatnya hingga menciptakan alam ini dan seisinya sesuai dengan kebutuhan makhluknya. Tuhan itu Maha Kaya dan Maha Hebat, maka apapun yang kamu minta janganlah yang kecil-kecil. Loh, kok gitu? Kan Tuhan Maha Kaya dan Maha Hebat. Kalau Tuhan saja mampu memberikan hal-hal yang amat besar bagi kehidupan manusia, lantas mengapa kamu tidak percaya diri meminta yang 'besar'? Maka berdoalah kamu wahai sekalian kepada Tuhanmu dengan rasa yakin yang besar bahwa doamu dikabulkan. Sesungguhnya kecil bagi Tuhan mengabulkan doamu menjadi kenyataan jika Dia mengkehendakinya. Jika dia mengatakan 'Kunfayakun', jadi maka jadilah ia.

Tapi tentu, dengan berdoa saja tidaklah cukup agar Tuhan mengabulkan keinginan kita. Doa harus diiringi dengan usaha dan kerja keras. Jika keinginan ingin terkabul dengan berdoa saja maka itu omong kosong. Namun, jika usaha dan keras saja tanpa berdoa, maka itu sombong dengan Tuhan. Namun, bagaimana sudah berdoa bahkan mengerahkan usaha dan kerja keras semaksimal mungkin, tapi hidup tetap saja tidak berubah? Husnudzonlah, bahwa Tuhan mengabulkan doamu di waktu yang tepat. Yang terpenting adalah hidup dalam hati yang kaya akan syukur. Maka, apapun akan terasa cukup dalam hidup.

Nah, kita tahu Tuhan itu Maha Kaya, maka berdoalah dan jemputlah rezki yang telah dijatahkan kepada setiap umat-Nya. Namun, kita harus tahu batasannya. Jangan serakah menginginkan sesuatu hingga lupa pada orang lain. Kita sibuk mencari kekayaan dan berharap segera kaya-sekayanya dengan jalan yang salah. Lihat saja orang yang korupsi. Mereka lupa bahwa mereka tidak sendiri hidup di dunia. Mereka tamak dan begitu serakah hingga tertutup pintu hatinya akan godaan dunia yang fana. Kenapa bisa begitu? Mereka lupa akan Tuhan. Mereka tidak mudah puas. Selalu mencari lebih dan lebih padahal Tuhan telah mencukupkan dengan rezki yang halal. Sehingga mereka mencari jalan lain untuk memenuhi hasrat yang telah 'kesetanan'. 

Kita bisa menghindari diri kita dari hal tersebut. Menghindari diri dari perilaku tamak dan serakah. Contoh sikap yang bisa kita lakukan untuk menghindari perilaku tersebut, misalnya saat kita mengetahui ada pembagian sembako bagi mereka yang tidak mampu. Maka janganlah kita 'ingin ikutan' mendapatkan pembagian sembako tersebut. Apalagi kita tahu bahwa kita tidak pantas menerimanya. Apakah kita ingin berpura-pura tidak mampu, sementara Tuhan Maha Baik memberikan 'kemampuan' bagi Umat-Nya? Hidup janganlah serakah. Berilah kesempatan orang lain yang memang pantas mendapatkan. 

Mungkin adabenarnya sepenggal lirik lagu dari penyanyi legendaris Indonesia, "Bahwa yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin." Bagaimana tidak!? Yang sudah kaya serakah ingin menambah kekayaan, sementara orang-orang yang berada di bawahnya butuh jalan dan uluran tangan untuk hidup yang lebih baik.

Tinggalkan lentera hitam di hati dan hidupmu agar kamu selamat di dunia dan akhirat. Jangan biarkan kau dituntun oleh lentera hitam yang membawamu ke dalam jurang penuh dosa. Terangilah hidup dan hatimu dengan lentera putih agar lebih bersinar. Janganlah kita menutup jalan rezki orang lain yang berada di bawah kita dengan cara yang salah dan haram. Kau percaya Tuhan itu Maha Kaya dan Maha Hebat, maka mudah bagi-Nya memberi apa yang kita inginkan, dan dengan mudah pula Dia mengambil segala nikmat tersebut. 


#30DWCJilid12 #Day 25

Sabtu, 14 April 2018

Daya Tahan Kekuatan Super

"Nomor 13." Seru seorang wanita berlesung pipi dan berkacamata dari depan pintu ruangan yang tertutup gorden warna hijau tua.

Namun tidak ada jawaban. Wanita itu terlihat memperhatikan kami satu per satu sambil memegang sebuah daftar nama-nama yang sedang antri.

"Nomor 13, silakan." Serunya lagi.

Saling melirik satu sama lain pun terjadi. Barangkali yang duduk di sampingnya adalah pemilik nomor yang sering dianggap sial oleh kebanyakan orang itu. Berbeda denganku, tidak peduli siapa pemilik nomor antrian tersebut. Aku sibuk dengan pikiranku sendiri. Begitu cemas dan khawatir apa yang akan terjadi nanti. Apalagi jantungku semakin bertambah ketukannya saat tahu bahwa giliranku sebentar lagi.

"Sekali lagi, nomor 13, atas nama Pak Surya."

Bapak yang duduk sederet denganku dan hanya berselang dua kursi, dengan tergesa maju ke depan. Beliau sepertinya tadi terlalu serius menonton berita yang marak dibicarakan saat ini. Apalagi kalau bukan berita mengenai hebohnya 'puisi konde' itu. Beliau jadi tidak menyadari jika namanya sudah dipanggil tiga kali.

"Saya mbak." Ucap Beliau.

Beliau langsung mengikuti arahannya menuju ruangan yang sejak tadi pintunya tertutup. Terlihat dua tulisan 'Antri' yang ditempel di kiri dan kanan pintu, lengkap dengan tulisan 'Dorong' di sebelah kanan dan beberapa tempelan himbauan. Seperti himbauan agar tidak merokok dan menerima atau menelpon selama di ruang tindakan. Kulihat Beliau masuk, dan aku semakin tidak karuan. Jujur saja, mukaku terlihat pucat, hingga sempat ditegur oleh pengantri yang duduk di sebelahku.

"Tegang ya dek? Kelihatan banget pucat." Ucapnya.

"Hihi... Iya sedikit." Jawabku sekenanya.

"Mau dicabut?"

"Nggak, mau ditambal aja."

Laki-laki tinggi berwajah oriental itu hanya mengangguk, dia memberiku saran agar bersikap tenang, tidak perlu khawatir. Jika saja daya ingatanku tidak kuat, mungkin aku bisa terlihat baik-baik saja. Namun, kalau dia tahu ini bukan yang pertama kalinya aku ke Dentist. Terakhir, saat aku duduk di bangku SMA karena gigiku patah. Aku sampai perawatan gigi selama dua minggu. Perawatan pertama aku mendapatkan dua suntikan. Perawatan kedua jauh lebih sakit, karena aku mendapat empat suntikan yang menurut dokternya gusiku radang dan mudah bleeding, sehingga perlu diberikan tindakan tersebut.

Ya, karena daya ingatku akan hal itu, aku memiliki sedikit trauma. Kukira itu terakhir kali aku menjadi pasien 'Peri Gigi'. Bapak yang tadi masuk sudah keluar dengan raut wajah menahan sakit di pipi kanannya. Sepertinya Beliau tidak berdaya dengan apa yang terjadi di dalam. Hihi.

Sudah menunjukkan pukul 20.00. Sudah 3 jam aku menunggu. Bisa kau tebak, aku butuh hiburan untuk membuat diriku tidak cemas dan bosan. Kusetel lagu yang membuatku semangat dengan lirik yang memotivasi. Beberapa antrian sudah mulai berkurang. Kini hanya tinggal beberapa orang. Keasyikan mendengar musik, aku tentu tidak mendengar saat perawat gigi memanggil namaku.

"Nomor 18." Serunya.

"Nomor 18, atas nama Ibu Tiara.

Sontak saja aku terkejut, karena tiba giliranku. Aku pun langsung masuk dengan wajah tegang. Seorang Dokter cantik bernama Siska menyapaku dengan senyuman. Oke, meskipun tegang setidaknya hari itu, Tuhan memberikanku daya tahan kekuatan super, berupa kesabaran dan keberanian. Daya itu, membuatku bisa tidur nyenyak malam ini bersama peri gigi di alam mimpi.


#30DWCJilid12 #Day24

Jumat, 13 April 2018

Berhusnudzon pada Tuhan

Sumber gambar : u-channel.tv


Kadang, kita nggak akan pernah tahu takdir Tuhan kepada kita seperti apa. Kita bisa mengeluh bahkan menyalahkan Tuhan akan apa yang terjadi kepada kita. Padahal kita tidak tahu, bahwa Tuhan memberikan ujian pada umat-Nya, agar bisa menjadi lebih kuat. 

Ujian yang datang silih berganti, menjadikan kita kuat mental, karena kita pun ditempa untuk terbiasa menghadapinya. Kita juga dapat belajar dari setiap ujian yang datang. Ujian tersebut akan membuat kita naik kelas kehidupan. Seperti halnya kenaikan kelas di sekolah, maka ujian sulit pun diperlukan agar bisa naik kelas. 

Sejatinya, kita harus berhusnudzon pada Tuhan. Tidak menyalahkan Tuhan pada apa yang terjadi dalam hidup kita. Sesungguhnya Tuhan mengetahui apa yang terbaik bagi umat-Nya. Selalu yakini bahwa Tuhan tidak akan memberikan ujian di luar kemampuan umat-Nya. Hadapi ujian tersebut dengan kesabaran, keteguhan, dan kekuatan hati. Semakin dekatkan diri kepada Tuhan, agar ujian tidak terasa berat.

Jangan sebaliknya, ujian yang datang bertubi-tubi malah membuat diri lemah. Kita cendrung menyalahkan Tuhan. Bisa jadi ujian yang diberikan oleh Tuhan, agar umat-Nya lebih dekat pada-Nya. Sudah sejauh mana kita jauh dari Tuhan? Tuhan hanya ingin kita dekat dengan-Nya. Ujian yang ada dalam hidup, merupakan sentilan kecil dari Tuhan agar kita mengingat kepada-Nya. 

Mulailah untuk menjadikan ujian sebagai sarana untuk lebih dekat dengan Tuhan. Jadikan ujian sebagai suatu hal untuk menjadikan diri lebih sabar, lebih kuat mental, dan teguh hatinya. Berhusnuzdonlah kepada Tuhan.

#30DaysWritingJilid12 #Day23

Kamis, 12 April 2018

Kita Ini Ibaratkan Pelangi

Sumber gambar : pamarta.blogspot.com
Setiap saat kita selalu bertemu dan berkomunikasi dengan orang lain dalam kehidupan ini. Entah ketika kita pergi ke kantor, sekolah, maupun ke tempat lainnya. Hal ini disebabkan kita adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain. Sangat mustahil di dunia ini kita sanggup hidup sendiri tanpa bantuan siapapun. Oleh karena kita adalah makhluk sosial, maka timbullah interaksi antar sesama.

Interaksi yang terjalin pun harus berjalan dengan lancar. Agar kita dapat melakukan komunikasi dengan baik terhadap orang lain. Namun, tidak jarang interaksi yang dilakukan bisa berjalan tidak lancar. Kadang-kadang di setiap interaksi yang terjadi, kita menemui kendala. Kendala tersebut bisa karena kita tidak mampu menyesuaikan diri, atau karena banyaknya karakter yang dimiliki oleh orang lain yang kita temui. Sehingga, membuat kita kesulitan dalam menyatukan visi dan menyampaikan maksud dari apa yang ingin kita komunikasikan. 

Tahukah kamu? Bahwa dengan adanya perbedaan karakter pada setiap diri orang lain adalah ibaratkan pelangi yang indah dipandang saat warna-warna yang berbeda mau mengalah demi kesatuan. Coba bayangkan, jika semua orang mempertahankan egonya masing-masing? Karena setiap orang yang satu dengan lainnya berbeda karakter. Karakter si A bisa jadi memiliki ego sekian persen, misal 20%.  Sementara karakter si B tingkat keegoisan 50%, bahkan si C lebih parah lagi dengan tingkat keegoisan 100%. Wah, bisa-bisa semua harus sesuai dengan keinginannya tanpa mau memperdulikan orang lain.

Apa yang dapat kita lakukan agar perbedaan warna yang ada tersebut bisa bersatu dan terlihat indah saat dipandang? Yaitu simple dengan saling menghormati dan menghargai orang lain. Kita tahu bahwa setiap orang itu tidaklah sama. Sebab masing-masing memiliki kepala yang berbeda dan karakter yang berbeda. Akan lebih indah jika kita mampu mengalah dengan tidak terlalu egois terhadap orang lain. 

Seperti halnya pelangi yang terdiri dari 7 warna, mejikuhibiniu. Yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Jika saja warna merah berdiri sendiri, maka pelangi tidak akan lagi indah karena tidak memiliki gradasi warna. Hanya merah polos dan monoton. Begitu juga dengan warna yang lainnya. Ketika ke-7 warna tersebut menyatu, gradasi warnanya sangat indah, yang disebut dengan pelangi.

Sudah seharusnya kita dapat menerapkan hal tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih dalam kehidupan di mana kita dituntut untuk selalu berinteraksi dengan orang lain yang memiliki karakter yang berbeda-beda. Mari kita kurangi ego masing-masing dan mencoba untuk selalu menghormati dan menghargai orang lain. Karena setiap orang itu tidak sama. Mereka mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sudah sepatutnya kekurangan orang lain kita lengkapi begitu juga sebaliknya. Jangan ingin menang dan terlihat hebat sendiri dengan tidak mau menghormati dan menghargai orang lain. 

Ayo, jadilah seperti pelangi yang indah dipandang meskipun berbeda warna.


#30DWCJilid12 #Day22

Selasa, 10 April 2018

Terima Kasih

Sumber gambar : vebma.com


Terima kasih sudah hadir dalam hidupku
Menjadi penerang dalam kegelapanku
Kau kompas dalam setiap langkahku

Terima kasih sudah mencintaiku
Di antara milyaran gadis yang lebih baik di luar sana
Kau memilih aku menjadi princess bagimu

Terima kasih untuk kisah cinta yang kau goreskan
Kau menemaniku dalam petualangan dan perjalanan
Pada tiap lembar kertas kehidupanku

Terima kasih telah menjadi bagian dalam hidupku
Yang bersedia berkomitmen apapun yang terjadi
Kuharap kau dan aku bisa menghabiskan waktu bersama hingga rambut memutih 
Hanya terpisah oleh takdir Illahi


Sumbawa Besar,
11 April 2018

#30DWCJilid12 #Day20

Senin, 09 April 2018

Apalah Dayaku yang Nggak Secantik Kamu, Dingo : You're More Beautiful Than You Think



Ini ya, sepucuk surat dari Dingo waktu itu. Hihi. Suka banget baca tulisan depannya. Dan itu ada benarnya juga sih, bahwa kita lebih cantik dari apa yang kita pikirkan.

Pernah nggak sih kamu sebagai wanita merasa kalau diri kamu itu tidak sempurna? Dibandingkan dengan orang lain, kamu mengira kamu itu tidak ada apa-apanya. Tidak jarang timbul rasa iri hati pada mereka yang kamu anggap memiliki hidup sempurna. Lihat badan teman bohay, kamu langsung nggak percaya diri berdiri di dekatnya. Takut kelihatan bedanya antara teriplek dan gitar spanyol.

"Itu anak body-nya bagus bener. Bohay kayak gitar Spanyol. Aku nggak percaya diri dekat dia."

Yang badannya bohay pun dia nggak sadar kalau ada orang lain yang sedang tidak percaya diri dengan dirinya sendiri, ingin memiliki tubuh sepertinya. Dia pun menginginkan badan yang kurus bebas lemak, seperti ukuran ideal berat badan menurut orang-orang yang pikirannya sempit.

"Heum... Gimana ya caranya diet yang cepat biar badanku kurus. Bosan punya badan kok semok amat. Lemak di mana-mana."

Apalagi punya kulit hitam macam kopi benar-benar nggak percaya diri sama sekali sama yang kulitnya putih kayak terigu, bening, beuh ditambah senyumnya indah lagi. Kulit khas Indonesia sawo matang pun pada nggak mau karena mau putih macam artis Korea. Sampai suntik putih segala, padahal bule yang datang ke Indonesia aja berburu pantai buat jemur kulit biar eksotis. Apalagi ditambah rambut yang kayak sapu ijuk nggak seperti rambut tetangga sebelah halus dan tebal. Ih, apalah aku yang jelek banget ini.

Belum lagi, hanya ulah si jerawat satu yang mungkin cuma ingin tumbuh barang sebentar sebagai pemanis wajah, bisa dipermasalahkan. Hey! Hal sepele pun dijadikan masalah besar untuk menyiksa diri sendiri dengan pikiran yang negatif. Kamu pun membela diri, "Itu kan yang kamu bilang jerawat satu, tapi kalau banyak? Ya tentu lah nggak percaya diri".

Heum... Sini aku kasih tahu. Kalau pikiran kita sejak awal negatif, maka aura yang keluar dari diri kita juga akan negatif. Percaya deh, orang lain juga akan melihat diri kita jelek sebagaimana kita menganggap diri kita ini jelek. Kalau kamu percaya diri sama dirimu sendiri, kamu akan mengeluarkan pikiran-pikiran yang positif saja. Aura yang keluar juga pasti beda dengan orang yang selalu berpikiran negatif terhadap diri sendiri. Orang lain yang melihat pun pasti terpukau.

"Ih, kok kamu auranya terpancar banget ya? Bersinar gitu."

Nah, aura kita aja bisa terpancar lo sampai ke lingkungan sekitar hanya dengan berpikir positif terhadap diri sendiri. Makanya dari sekarang, buang jauh-jauh pikiran negatif tentang diri sendiri dari otak. Masalah mau pendek kek, pesek kek, kulit hitam, rambut kusut, gigi jelek, badan kurus, gemuk, apapun itu yang membuat pikiranmu seperti dipenjara. Karena nggak akan ada habisnya jika kita selalu membanding-bandingkan diri dengan kelebihan yang dimiliki orang lain.

Teman, kamu lebih cantik dari apa yang kamu pikirkan. Kalau bahasa Inggrisnya sih, you're more beautiful than you think. Bukan bahasa planet ya. Hihi. Setiap wanita terlahir cantik jika dia selalu percaya diri akan kecantikan yang dia miliki. Kamu cantik bukan karena standar yang diberikan orang lain. Namun, apa yang bisa kamu lakukan untuk dirimu sendiri  yang bisa membuatmu bahagia dan apa yang bisa kamu lakukan untuk bisa bermanfaat bagi orang lain.

Cantik itu relatif dan maknanya nggak sesempit itu. Nggak melulu soal badan yang bohay, hidung mancung, bibir seksi, tinggi, ataupun berkulit putih. Jangan biarkan omongan orang lain membuat dirimu dipenuhi dengan pikiran-pikiran negatif. Padahal ya, jika kita tahu bagaimana caranya untuk bersyukur, nggak akan ada ceritanya yang namanya iri hati dengan kelebihan orang lain. Bersyukur dengan apa yang sudah diberikan Tuhan itu jauh lebih baik daripada terus mengeluh. Isi pikiran kita sendiri dengan hal-hal yang positif. Karena apa yang kita pikirkan, itulah yang terpancar ke luar. Ingat ya, you're more beautiful than you think!


#30DWCJilid12 #Day19

Minggu, 08 April 2018

Masih Setengah Perjalanan



Masih setengah perjalanan. Iya begitulah aku memotivasi diri sendiri. Bahwasanya aku masih berada pada setengah perjalanan dalam meraih kesuksesan. Jadi, aku masih punya waktu untuk menuju tujuanku. Aku tidak akan berhenti dan membiarkan berbagai rintangan untuk menghentikan langkahku. Aku masih punya Tuhan, dan sebaik-baiknya penolong adalah Dia, Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang umat-Nya.

Aku tidak akan menyia-nyiakan waktu yang diberikan Tuhan padaku di dunia ini. Sebab kutahu waktu tidak akan mampu kuputar kembali. Begitu juga bahwa kutahu hidup hanya sekali. Aku tidak mau menjadi orang yang rugi. Mati dalam keadaan belum banyak melakukan apa-apa bagi diri sendiri maupun bagi orang lain di sekitarku. Aku ingin mati meninggalkan nama dalam keadaan dikenang bukan dibuang.

Sebab itulah aku mulai mengubah diriku sendiri. Bukan berarti aku mengubah diri untuk kehilangan identitas yang kumiliki. Aku merubah diriku sendiri agar aku tidak ditelan oleh zaman dan dilupakan. Merubah diri dalam hal hijrah dari pribadi yang berperilaku buruk menjadi lebih baik lagi.

Karena waktu yang kumiliki di dunia ini sangat singkat sekali, maka aku mencari cara agar bisa memanfaatkannya sebaik mungkin. Mulai dari rajin kuliah, bukan hanya sekedar datang kuliah setiap hari, namun juga aku mulai aktif dalam mengikuti kegiatan kampus dan organisasi. Aku sadar bahwa aku termasuk orang yang beruntung, karena tidak semua orang mampu mengenyam pendidikan. Dan aku hargai jeri payah kedua orangtuaku untuk bisa menyekolahkanku.

Selain pendidikan, kumanfaatkan waktu untuk mengerjakan hobi. Hidup ini juga tidak harus monoton hingga lupa bagaimana caranya membahagiakan diri. Aku suka saat aku menikmati waktu sendiri hanya ada aku dan alam. Saat itu, jemari lentikku begitu lugas menggerakkan pena di atas secarik kertas. Mungkin hanya sebuah goresan curhatan yang murni dari hati atau hanya sekedar mengabarkan apa yang terjadi pada dunia saat itu dalam secarik kertas yang kumiliki.

Ya itulah aku. Aku berharap hidupku di dunia bisa kumanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Bisa menebar manfaat bagi orang lain di sekitarku. Jika belum mampu sampai situ, maka setidaknya kumanfaatkan waktu untuk hidup di dunia dengan menjadi pribadi yang baik dan terus memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Aku masih berada pada setengah perjalanan dan belum berakhir. Semoga Tuhan memberikan aku kekuatan dan keteguhan dalam menjalankan setiap hari-hariku hidup di dunia. 

#30DWCJilid12 #Day18

Sabtu, 07 April 2018

Teripang dan Cerita Masa Kecilku

Sumber gambar : manfaat.co.id



Malam ini iseng-iseng nyari gambar teripang di internet. Nggak tahu juga sih kenapa jadi nyari gambar teripang. Padahal niatnya mau nulis sesuatu di Sabtu malam ini. Tapi malah berakhir ke searching teripang laut. Jadi ada alasannya kenapa aku bisa searching teripang. Itu karena aku kangen sih dengan sebuah desa tempat aku tumbuh dan besar. Desa itu adalah desa Pukat, dekat dengan Labuhan Pade dan Labuhan Bua. Iya, jadi dulu itu sebelum aku pindah ke kota Sumbawa Besar, aku tumbuh dan besar di desa tersebut. 

Bisa dibayangkan, dekat dengan laut. Setiap ngaji subuh, kami biasanya berjalan kaki bersama kawan lainnya dan "Dea Guru Ngaji" (Guru Mengaji) ke laut. Itu yang menjadi kenangan masa kecilku yang tak terlupakan. Setiap waktu, tidak ada lauk lain yang dimakan selain makanan laut. Penjual seafood di desa tersebut terbilang cukup banyak. Mereka menjajakan dagangannya secara tradisional. Seingat aku dulu, masyarakat desa (mungkin yang jualan dari nelayan Bajo) itu membawa dagangannya dalam bak besar dan diletakkan di atas kepala yang dialasi gulungan kain (untuk menghindari kepala sakit). Mereka berkeliling desa sambil teriak menyeru ke warga desa agar membeli dagangannya.

Di situ, Ibuku senang sekali membeli seafood. Dari ikan, kerang, dan masih banyak jenis seafood yang aku tidak tahu bahasa Indonesianya. Kalau di desa dulu, aku ingat betul Ibu sering sekali membeli jenis kerang, seperti telokan, siso, protela, kerang yang matanya kayak kelereng, kerang yang cangkangnya gede banget, dan itu jadi memory tersendiri yang aku ingat sampai sekarang. Bisa dibilang tinggal di suatu desa yang dekat dengan laut itu, membuat aku bosan dengan makanan laut. Kalau ikannya nggak usah ditanyakan lagi. Setiap Ibu atau Bapak pergi mengajar ke sekolahnya di Labuhan Bua, aku selalu ikut dibawa. Kalau pulang sekolah, Ibu mampir langsung ke nelayan di sana. Aku ingat betul, ikan panjang bermoncong yang aku lupa namanya menjadi ikan besar pertama yang aku lihat saat kecil. Tapi sekarang sih, pas udah dewasa aku nggak terlalu suka makan ikan. Aku nggak suka baunya, tapi kalau diolahnya lezat sampai aku lupa baunya, pasti langsung ludes ikannya.

Aku juga menyukai saat di mana Ibu pernah beli ikan dari pedagang yang berkeliling, dan itu masih pakai sistem barter. Ikannya ditukar pakai beras. Mungkin itu sekitar tahun 2000-an ya. Mungkin aku masih umur 5 tahunan. Entah kenapa juga memory-ku masih kuat mengingatnya. Saat yang paling aku sukai adalah, saat Ibu suka membeli rumput laut kering dari para nelayan Labuhan Bua. Rumput laut itu direbus sampai mirip bubur dan disaring lalu dibuatkan agar-agar. Fresh dan masih alami. Kalau sekarang tinggal beli yang sachet-an aja, nggak perlu ribet.

Oh iya, masyarakat desa itu yang paling aku suka adalah masih mengenal sistem gotong royong. Apa-apa selalu dikerjakan secara bersama-sama. Jika ada yang pindah rumah, pasti masyarakat lainnya juga ikut membantu. Karena dulu, di desa tempat aku tinggal, beberapa rumahnya itu rumah panggung yang terbuat dari kayu. Jika ada yang pindah rumah, maka dibantu untuk "isong bale" (mengangkat rumahnya). Seru deh pokoknya kalau ingat masa kecil tinggal di desa Pukat.

Aku juga menyukai saat hari libur atau luang para tetangga bersama-sama berlibur. Liburannya nggak jauh-jauh ke laut. Di situ banyak perlengkapan yang dibawa buat masak-masak. Kalau di desa sih disebut "bekelewang". Nah, itu aku ingat dulu naik sampan kecil, pergi ke gili bareng Ibu, Bapak, dan tetangga lain. Ingat banget gimana dulu nyebrang laut buat nyampai gili. Di tengah laut aku hampir tenggelam karena penasaran sama karang yang indah di bawah laut. Untung cepat-cepat dipegangin Ibu. Kalau ingat kejadian itu sih, kayak gimana ya sekarang. Hihi.

Sampai di gili, kami langsung makan-makan. Atau nggak nyari kerang kecil yang namanya kami sebut "remis". Seingat ingatan masa kecilku, para tetangga nyarinya itu garuk-garuk pasir. Terus ada lagi namanya "banten", kalau bahasa Indonesianya itu teripang. Ini dulu di Labuhan Bua atau Labuhan Pade banyak banget. Kami ambil, kami gosokin pakai batu kulit luarnya yang keras sampai halus. Biasanya masyarakat desa memakannya mentah-mentah. Termasuk aku juga. Teripang yang sudah dibersihkan dipotong kotak kecil-kecil, dan dicampur pakai kelapa yang sudah dibumbuin. Mirip kayak uraplah seingatku. Rasanya enak, kenyal seperti jelly. Saat dikunyah mirip kayak kunyah "nata de coco", nggak langsung hancur.

Kalau sekarang di kota, aku jarang banget makan makanan laut. Padahal makanan laut itu sehat. Aku juga ingat gimana saat bulan puasa. Saat itu zaman presiden siapa ya, itu libur bulan puasa sebulan. Itu seru banget bareng warga desa lainnya subuh-subuh gitu anak kecil pada ngumpul terus bunyiin apa gitu keliling desa buat bangunin warga. Hihi. Apalagi saat maulid Nabi, semua warga siap-siap dengan berbagai makanan yang dibawa ke masjid. Dulu kalau di desa pakai telur diwarnai merah dan ditusuk pakai potongan bambu ukuran sepanjang tangan yang sudah dihaluskan. Lengkap dengan "male". Ada juga selalu disediakan rengginang ukuran besar warna coklat (manis) dan warna putih (asin). Semenjak pindah ke Sumbawa tahun 2005, aku agak kaget karena telur untuk maulidnya nggak ada warna dan dibungkus pakai plastik. Ada juga nih, setiap tanggal berapa gitu ya, warga desa itu antar makanan ke setiap tetangga dengan piring kecil yang diletakkan di atas nampan besi bulat. Ibuku juga melakukannya. Jadi, kayak kelihatan saling tukar makanan gitu. Nggak tahu juga tujuannya apa. Yang kuingat itulah yang terjadi saat aku kecil di desa Pukat.

Ya Allah seru banget saat itu. Kalau kuceritakan masa kecilku saat itu, nggak akan cukup pena dan kertas untuk menampungnya. Banyak banget! Mungkin lain kali ya. Oh iya, aku sempat kembali ke sana untuk pergi ke Labuhan Pade tahun 2009, saat di mana dulu waktu aku kecil itu Labuhan Pade bosan aku kunjungi, saat di mana dia belum terkenal seperti sekarang ini. Itu pertama kali aku ke sana lagi sejak pindah tahun 2005. Kulihat rumah tetanggaku di desa Pukat agak asing namun satu yang tak terlupakan. Rumah dinas kecil di dalam SD Pukat yang tidak dipakai karena siswanya dipindah ke SD 1 Pukat (seingatku). Pohon Budi besar di sampingnya benar-benar kenangan. Masih ada menjadi saksi masa kecilku. Hanya saja pohon jambu air di depannya sudah di tebang. Sepertinya rumah dinas tempat aku tinggal dulu itu sudah ada penghuni barunya. Sayang banget, aku nggak bisa mampir. Aku juga ke Labuhan Pade di tahun 2012, hanya melewati dan melihat desa Pukat dan desa kenanganku. Nggak sempat mampir juga. Tahun berapa lagi, aku juga pergi ke Labuhan Pade, dan aku hanya melihat desa Pukat tanpa mampir. Oke, mungkin di lain kesempatan aku akan kembali membuat cerita tentangmu dan diriku.


#30DWCJilid12 #Day17

Jumat, 06 April 2018

Cerpen : Hanya Mimpi Buruk

Sumber gambar : bersamadakwah.net


Rasanya semua lelah dan letih telah terlewati hari ini, sirna seketika saat bisa berkumpul bersama teman-teman sekaligus memperpanjang tali sliaturrahim. Iya, hari ini aku banyak meluangkan waktu untuk beberapa kegiatan di kampusku. Jam 10.30 harus kuliah sampai jam 3 sore. Setelah itu aku harus menyempatkan waktu untuk organisasi yang aku ikuti. 

Wah, banyak sekali jadwal kegiatanku hari ini. Tidak dimungkiri, badanku sekarang terasa pegal dan lelah. Namun, aku harus menghadapinya dengan kuat. Kuat dalam artian, kuat fisik dan mental. 

"Oke, badanmu emang lelah. Tapi please, jangan jatuh sakit, Rey." Ucapku pada diri sendiri seperti memberikan sugesti.

Aku baru pulang ke rumah jam 18.00 menuju maghrib. Butuh 30 menit perjalanan pulang ke rumah. Dan well, aku baru sampai rumah jam 18.30. Sesampainya di rumah, langsung kurebahkan badan di atas kasurku yang empuk. 

"Oh my God! Kasur!" Aku seperti melihat harta karun saat mendapati kasur di depan mataku.

Heum... Indahnya dunia saat bisa menemukan kasur plus bantalnya. Dengan posisi terlentang sambil kedua tanganku kubentangkan seolah aku sedang terbang dan menikmati indahnya menghirup udara dari langit. Mata kupejamkan sejenak dan kubuang semua pikiran-pikiran berat yang membebani otakku sejak pagi tadi.

"Rey, kamu hanya butuh istirahat hari ini." Ucapku pada diri sendiri.

Masih dalam posisi yang sama, pikiran kubiarkan melayang jauh hingga ke nirwana. Di mana hanya ada aku sendiri, taman bunga yang indah dan harum mewangi, dan aku bebas menari sendiri. 

"Wah... Indahnya bunga itu." Kataku ketika melihat bunga mawar berwarna merah di sebuah taman bunga.

Kudekati bunga itu dan kupetik. Namun, setelah aku memetiknya, malah timbul sosok raksasa besar berbadan hitam dan berambut gondrong ingin mengejarku. Dia terus memanggil namaku dengan suara yang begitu menyeramkan.

"Hey, Rey!!! Beraninya kau memetik bunga peliharaanku." Teriaknya dengan begitu lantang.

"Aakk... Akk... Aku... Aku hanya..." Belum selesai aku bicara, raksasa itu mendekat dan ingin mengejarku.

"Rey... Kau harus bertanggung jawab karena telah memetik bunga mawar merah ajaib milikku." Kata raksasa dengan wajah yang begitu marah dan menakutkan.

"Aku bunuh kau... Aku bunuh kau Rey." Lanjutnya.

Aku ketakutan mendengar perkataan raksasa itu. Dia ingin membunuhku. Kulihat dia mendekat dan semakin dekat. Aku pun berlari untuk menghindarinya.

"Tidak...!!! Kau tidak boleh melakukannya padaku. Aku tidak tahu ini milikmu." Kataku sambil terus berlari mencari perlindungan.

"Rey!!! Jangan lari Rey!!! Rey!!!" Teriaknya semakin kencang dan terus mengejarku.

Aku pun terjatuh karena lelah tidak kuat lagi berlari. Raksasa itu semakin dekat padaku. Dia begitu senang melihat aku terjatuh, sehingga tidak perlu lagi mengejarku.

"Rey!!! Mau ke mana lagi kamu? Rey!!! Bersiaplah menanggung akibatnya. Rey!!! Rey!!!" Ucapnya dengan lantang.

"Tidak... Aku tidak sengaja melakukannya. Jangan sakiti aku. Tidak! Tidaaakkk!!!" Teriakku begitu kencang dengan wajah merah pucat ketakutan.

"Rey!!! Rey!!! Ini Ibu nak. Rey, buka pintunya. Rey!!!" Suara Ibu begitu keras dari balik pintu.

Aku pun tersadar, jika tadi aku hanya mimpi buruk. Keringat dingin memenuhi seluruh tubuhku. Mata melotot dan kuarahkan pandanganku ke sekeliling kamar. Tidak ada siapa pun. Tangan gemetar memegang selimut. Nafas sudah tidak karuan. Dan masih terdengar sisa suara Ibu yang sedang memanggilku. Aku pun bangun dari tempat tidurku, dan segera membuka pintu.

"Ibu... Rey takut." Ucapku pada Ibu saat kutemukan ia dari balik pintu yang kubuka. Pelukan pun kulayangkan padanya begitu erat.

"Nak... Kamu mimpi buruk ya?" Tanyanya sambil mengelus rambutku.

Aku melepas pelukannya, dan kujawab dengan anggukan. Lalu, kupeluk lagi Ibu agar aku tidak takut lagi. Malam ini aku tidak bisa tidur lagi karena sungguh aku takut mimpi buruk itu terulang kembali.


#30DaysWritingChallengeJilid12 #Day16

Kamis, 05 April 2018

Tentang Kisah dan Cinta

Sumber gambar : favim.com.ua


Aku menyukai saat kau bilang,
Kau manis ketika tersenyum
Senyum yang terulum di sudut bibirmu
Di bawah kilauan senja sore itu

Aku menyukai saat kau bilang,
Kau selalu rindu diriku
Ketika jarak terbentang di antara kita
Berada pada perbedaan ruang dan waktu

Aku menyukai saat kau bilang,
Jangan pernah meninggalkanku
Karena tidak ada lagi sosok selain dirimu
Yang mampu mengisi hariku dengan kebahagiaan

Aku menyukai saat kau bilang,
Jangan pernah bersedih
Karena kau tidak suka saat senyum indahku berubah wujud cemberut
Hadapi dunia dengan senyuman dan gelak tawa keberanian

Aku menyukai saat kau bilang,
Terima kasih sudah melengkapi perjalanan hidupku hingga saat ini
Detik di mana aku terbaring lemah tak berdaya
Kau ada memberikan pundak untukku bersandar

Aku menyukai saat kau bilang,
Jika aku tiada, lihatlah sang senja
Nyala merahnya akan selalu menyinarimu saat kau gundah gulana
Meski kita sudah berbeda dunia

Aku menyukai saat kau bilang,
Terima kasih atas perjalanan selama ini
Petualangan tentang kisah dan cinta kita
Jangan kau lupa, akan kenangan yang pernah terjadi di antara kita berdua

Ya! Aku menyukai apa yang pernah kau bilang
Hati ini masih terisi olehmu sayang
Kau akan selalu kukenang
Dalam setiap perjalanan cinta kita yang tak pernah lekang


Sumbawa Besar,
06-04-2018



#30DaysWritingChallengeJilid12 #Day15

Rabu, 04 April 2018

Pigura Berwarna Putih

Sumber gambar : log.viva.co.id


Tatap mata begitu nanar
Saat sebuah nama tertera di batu nisan
Tak pernah kubayangkan kau kini telah tiada
Meninggalkan sejuta kenangan

Inginku ulang kembali waktu yang telah lama berlalu
Kala aku dan kau memadu kasih
Terbentang jarak, berada pada perbedaan ruang dan waktu
Dan kau selalu kurindu di sela hariku

Kisah cinta kita begitu romantis 
Melewati berbagai rintangan di setiap perjalanannya
Ada suka maupun duka
Tak ada rahasia bagi kita berdua untuk saling terbuka

Kenangan indah itu, kini telah tersimpan rapi dalam memory
Deretan gambar dirimu terbingkai dalam pigura berwarna putih
Tergambar jelas senyum indahmu 
Begitu menawan dan sukar untuk dilupakan
Kini pigura itu terpaku di dinding kamarku, sebagai penghibur hati yang nestapa wahai kekasih


Sumbawa Besar,
04-04-2018


#30DaysWritingChallengeJilid12 #Day14

Selasa, 03 April 2018

Sebuah Kisah, Bernamakan Cinta

Sumber gambar : anohoranoticias.cl


Cerita antara kau dan aku menjadi kita adalah hal yang terindah di dunia
Ketika jarak tidak lagi memandang lelah
Rindu pun seolah terasa biasa saja
Kau dan aku begitu tegar menjalaninya
Kini, tak terasa waktu melangkah jauh
Kau dan aku kini telah bersatu
Rasa bahagia dan terharu menghiasi kisah cinta kita yang telah lama terpisah oleh jarak yang terbilang jauh

Izinkan aku mengingat saat pertama kali kita bertemu
Kisah cinta dua anak manusia
Yang dimulai dari rasa yang dititipkan sang Ilahi
Pada hati yang suci dan bersih

Kala getar petikan senar gitarmu merambat ke ulu hati
Lamunan bayangmu pun terbang ke dalam mimpi
Menghantui setiap hari tanpa henti
Kadang kau menjadi halusinasi
Inikah definisi jatuh cinta itu?
Pikirku penuh dengan pertanyaan
Yang kulayangkan pada diri sendiri, mencoba menemukan sebuah jawaban

Jawaban yang sangat sederhana
Ternyata ini cinta apa adanya
Cinta murni yang timbul atas dasar ketaatan pada Allah
Rasa takut terhadap dosa karena mencintai sebelum terucap kata sah

Aku pun gelisah
Saat terang tenggelam oleh kegelapan
Sebuah nama kusebutkan dalam doa di sepertiga malam sujudku
Di mana langit teduh tak berkeluh, pun ingar bingar berubah tak bergeming

Kau kutitipkan pada sang pemberi cinta
Ketika aku tak sanggup memandang dari kejauhan sana
Kau semoga yang kusemogakan dalam doa
Doa terpanjat menjuntai langit ke tujuh
Agar cinta suci ini direstui oleh sang Ilahi
Tak hanya sekedar pemuas nafsu birahi

Terkabulnya doa yang kupanjatkan selama ini, kita telah bersatu dalam ikatan yang suci
Hadiah termahal dalam hidup yang pernah kumiliki
Berbagai rintangan pun telah kita lalui dan menemani perjalanan kisah cinta kita selama ini
Menjadi sesuatu yang dikenang hingga tua nanti dan mati


Sumbawa Besar,
04-03-2018



#30DaysWritngChallengesJilid12 #Days13

Senin, 02 April 2018

Seseorang Itu, Dirimu!

Sumber gambar : intisari.grid.id


Aku akan bercerita tentang seseorang yang aku temui saat itu
Seseorang yang namanya masih belum kutahu
Sosoknya muncul di hadapanku di bawah langit sore yang bergradasi biru

Di antara deburan ombak pantai pesonanya memikat hati ini
Indah parasnya menyatu dengan sisa pantulan cahaya matahari 
Dengan balutan baju berwarna putih

Begitu mempesona di antara pengunjung pantai
Tak berani aku mendekat memperkenalkan diri
Meski dalam hati penasaran, bertanya siapakah seseorang itu?

Ah, tak puas rasanya jika aku hanya bisa memandangnya dari kejauhan
Wajahnya yang rupawan, membuat hatiku berhasil ditawan
Bolehkah aku berkenalan?

Berdebar rasa di dada saat sosok indahnya menghampiriku
Gagap mulut ini tak dapat berkata-kata lagi seperti terpaku
Saat seseorang tersebut menyapa 'hai' dan menatap mataku

Aku tidak tahu dengan kata apa lagi aku harus menunjukkan isi hatiku
Apa aku harus pura-pura tidak tahu?
Atau barangkali seseorang itu juga ingin berkenalan denganku?

Ah, aku hanya bisa tertunduk malu
Kujawab juga 'hai' saat dia menyapaku
Itu ternyata hari di mana pertama kali kita bertemu, wahai kekasih halalku

Sumbawa Besar,
02-04-2018

#30DaysWritingChallangeJilid12 #Day12

Minggu, 01 April 2018

Tentang Jarak

Sumber gambar : hepwee.com


Jarak antara kau dan aku tidak membuat kita semakin menjauh
Meski kita berada pada perbedaan ruang dan waktu
Kau tetap kutunggu, apa kau juga begitu?

Kadang, aku selalu merindu, akan sosokmu yang lugu
Ingatanku terbang ke dua tahun lalu, saat kau menyatakan cinta padaku
Tepat di bawah pohon beringin yang hijau nan rindang di dekat jalan baru

Sungguh, saat itu kau berhasil membuatku tertunduk malu dengan wajah merah merona
Sepucuk surat cinta yang tersemat di antara bucket mawar berwarna merah
Kau mengucapkan janji setia, berhasil menancapkan panah cinta sang arjuna

Ingatan itu semakin membuatku nestapa
Hujan bulan Maret kini membiarkan pasukan rintiknya menerpa
Membawa butir-butir rindu pada relung jiwa,
Mengirim sinyal rindu kepada kau sang belahan jiwa

Aku berharap kau juga merasakan hal yang sama
Sayang, kuharap bukan aku saja yang terlalu cinta
Namun kau begitu juga

Biarkan rindu ini mendera, menguji seberapa kuat tali kasih cinta kita
Biarkan saja kita tidak bertemu untuk waktu yang cukup lama
Karena waktu akan menyingkap semua yang menjadi rahasia-Nya

Jangan mendua di sana ya!
Biar jarak memisahkan kita, jangan sampai kau lupa
Janjimu padaku menua bersama hidup bahagia hingga ke surga

Sumbawa Besar,
02042018

#DaysWritingChallangeJilid12 #Day11