Sumber : jogja.tribunnews.com |
Hujan mengguyur kota ini tanpa permisi. Seolah dia datang dengan pasukan rintiknya membasahi bumi yang telah lama disinggahi oleh musim kemarau. Kedatangannya sebagai pengobat rindu, karena bumi ini yang kian hari suhunya semakin panas, boleh jadi akibat ulah manusia sendiri.
Berbagai macam sampah berserakan di mana-mana, tidak terkecuali sungai dan laut yang merupakan sumber penghidupan manusia. Udara sudah tidak lagi murni karena kini telah tercampur dengan berbagai macam polusi. Gedung-gedung pencakar langit, seperti enggan memberikan ruang pada pepohonan hijau nan rindang untuk mengisi bumi ini dengan udara bersih.
Pantas saja, baik hujan ataupun kemarau sudah tidak dapat diprediksi lagi. Mereka seolah semau-maunya datang ke bumi ini, membuat bimbang umat manusia yang sudah terlalu serakah dan jahat terhadap bumi tercinta. Kadang-kadang, kemarau lebih suka menetap di bumi, untuk sekedar membantu manusia agar dapat menggunakan jasanya untuk menjemur pakaian, menjemur padi, mendapatkan vitamin D dari sinar matahari yang menyinari tubuh, dan masih banyak lagi. Namun, kedatangannya tidak selalu membuat manusia senang. Seringkali membuat manusia mengeluh. Karena cuaca menjadi panas, kulit menjadi terbakar, tanah menjadi tandus, petani tidak bisa bercocok tanam karena air irigasi yang mulai mengering, pohon-pohon menjadi mati, hutan menjadi terbakar, dan beberapa dampak lainnya.
Kini, ribuan pasukan rintik hujan yang turun, sepertinya sangat bahagia mendapatkan misi dari langit untuk membawa kabar gembira bagi umat manusia. Kabar di mana manusia akan melihat tanahnya yang tandus mulai basah kembali. Sumber mata air yang sudah lama tidak muncul ke permukaan, kini mengalir dengan deras. Tumbuh-tumbuhan yang hampir mati karena dahaga, kini memperoleh kembali kekuatannya untuk tetap hidup. Namun, lagi-lagi kedatangan hujan tidak juga membuat manusia senang.
Ada saja manusia yang menghujat kedatangannya. Hujan menjadi tidak diinginkan saat ribuan pasukannya mengganggu aktivitas mereka. Mereka menjadi khawatir saat hujan berubah menjadi ganas. Banjir di mana-mana. Beberapa rumah tenggelam. Longsor menimbun harta benda. Beberapa nyawa menjadi korban.
Mungkin, hujan yang tadinya menjadi berkah bagi umat manusia, kini menjadi bencana bagi mereka. Bukankah semua terjadi karena ulah manusia sendiri? Sudah sepatutnya kita bersyukur dengan kedatangan hujan yang membawa misi dari langit. Sambutlah dia dengan gembira, sebelum kemarau berkunjung kembali.
Bumi ini sudah tua usianya, meski aku belum mengetahui sejak kapan bumi ini ada. Yang pasti, dia ada sebelum aku ada. Sudah sepatutnya kita mulai melakukan perubahan. Menjaga bumi ini agar tetap terawat dan tidak cepat punah. Bumi ini harus tetap ada dan terawat, agar menjadi warisan bagi anak cucu kita.
#30DWCJilid12 #Day2
#30DWCJilid12 #Day2
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Silahkan di coment yah,,,,
Tapi harus memenuhi etika-etika dalam berkomentar ^^
Jangan menggunakan kata-kata kasar maupun menyinggung individu ataupun kelompok,,,, OOOKKK!!! ^^